Rabu, 25 November 2015

Sofis vs Sokrates

Sofis Vs Sokrates,

Filsafat pada pertengahan abad 5 SM mencapai puncak masa keemasannya. Tepatnya di Athena sebuah kota yang menjadi pusat baru seluruh kebudayaan Yunani pada saat itu, di bawah kendali kekuasaan Perikles. Pada masa ini muncul satu golongan yang menemai golongan mereka dengan Sofistik. Sementara, para pengikut yang mengikuti golongan ini disebut Sofis. Kaum sofis dalam catatan sejarah selalu dianggap negative, hal ini dikarenakan berdasarkan ajaran mereka. Misalnya saja, mengajar untuk mendapatkan uang yang banyak, menghalalkan segala cara untuk memenangkan argumentasi, serta mengajarkan yang paling terpenting dari mereka adalah tidak mengajarkan bahwa kebenaran itu pasti, tetapi kebenaran itu bersifat relatif. Artinya sesuatu yang benar di hari ini, besok atau lusa mungkin bisa salah.
Salah satu tokoh terpenting dari golongan ini adalah Protagoras. Protagoras berasal dari abdera di daerah thake, ia lahir dan mangkat sekitar (490-420 SM) dia adalah tokoh yang memproklamirkan dirinya sebagai pemuka kaum sofis. Para tokoh sofis lainnya juga, seperti Xeniades dari Korintus, Gorgias dari Leontinoi, LycophronProdikos dari Keos, Thrasymakos dari Chalcedon,  Hippias dari Elis dan Antiphon and Kritias dari Athena. Protagoras hidup sezaman dengan Demokritos (460-370 SM) yang juga berasal dari daerah yang sama. Dia (protagoras) merupakan seorang filsuf yang suka berkeliling dan mengajar di daerah yunani dan hidup di athena untuk sementara waktu. Ajaran protagoras yang paling terkenal adalah retorika. Tujuannya untuk mengajarkan retorika adalah agar para murid yang telah dia ajrkan mampu berdebat dalam perdebatan.
Sebagai orang yang sangat menentang ajaran para Sofis adalah Sokrates. Berasal dari Alopeke, daerah pegunungan lycabettus dekat Athena, ia lahir sekitar (469-399 SM) beberapa literature mengatakan Sokrates mampu menurunkan filsafat dari langit ke bumi. Hal ini dikarenakan sebelumnya para filsuf banyak meneliti tentang alam semesta. Oleh sokrates filsafat diarahkan kearah disekelilingnya, yang meneliti tentang etika, pengalaman hidup, baik dalam konteks individu, social maupun politik.
Sokrates sangat menentang pemahaman relativis yang diajarkan oleh para kaum sofis. Menurutnya kebenaran bukan sesuatu yang bersifat sementara, artinya hari ini benar, besok salah, dikemudian hari bisa benar kembali. Kebenaran merupakan sesuatu yang objektif, bukan subjektif. Kita dapat menangkap kebenaran sesuai dengan ‘apa’ yang kita pikirkan dan apa yang ingin kita mencapinya. Mengapa demikian? Karean dalam kehidupan sehari-hari ada peran etika yang dapt menopang kehidupan kita, apa etika itu? Etika adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku atau perbuatan yang berkenaan dengan baik dan tidak baiknya perbuatan seseorang.
Supaya untuk mengetahui kebenaran itu tidak subjektif, Sokrates memakai metode yang dijalankan adalah bukan penyelidikan atas fakta, tetapi ia melakukan analisis analisis atas opini-opini yang diucapkan oleh orang atau para negarawan. Ia (Sokrates) selalu bertanya kepada orang-orang atau para negarawan yang selalu memberikan opini-opini, jika orang tersebut memberikan opininya ia akan bertanya kembali, disinilah proses dialog yang kemundian muncul sebagai satu metode yang dikenal secara umum adalah metode “dialektika” yanga merupakan ciri khas dari seorang sokrates.
Sokrates sering mengatakan metode yang digunakan ini adalah metode seorang bidan, aliran pemikiran filsafat Sokrates terpengaruh kepada ibunya yang merupakan seorang bidan dalam membantu persalinan. Olehnya itu, sokrates sering melakukan pertanyaan kepada siapa saja yang ia temui, dari hasil pertanyaan-pertanyaan itu bukan melahirkan seorang bayi seperti pada percakapan seorang bidan, tetapi melahirkan ide-ide yang ia munculkan. Dengan ide-ide tersebut ia dapat memperoleh pengtahuan baru.
Bersama Demokritus. Sokrates banyak menyelidiki masalah-masalah etika. Perkataannya yang paling terkenal adalah “Hidup yang tidak diperikasa, berarti hidup itu tidak perlu untuk dihidup”. Ini mengindikasikan bahwa sokrates sangat selalu mengingatkan untuk melihat sisi lain yang tersembunyi dalam kehidupan kita sehari-hari. Agar kehidupan berjalan sesuai koridor individu yang menginginkannya.


By: Sahrawi Saimima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar