PERANG SALIB & PPENGARUHNYA
Oleh: Fauzan Adhim
Mahasiswa Magister Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Periode 2014/2015
Mahasiswa Magister Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Periode 2014/2015
A.
Pendahuluan
Dunia Timur dan barat, atau lebih dikenal dengan sebutan dunia
islam dan Eropa, merupakan dua peradaban yang mempunyai rentetan sejarah
panjang. Dua peradaban ini tidak henti-hentinya mewarnai perbincangan banyak
kalangan. Salah satu daya tarik mengapa kajian ini terus berlangsung hingga
saat ini adalah konflik yang selalu mengiri keduanya.
Pada dasarnya, dua budaya besar ini mempunyai akar teologi yang
sama. Keduanya, merupakan anak pinak dari keturuan Abraham (Nabi Ibrahim).
Hanya sanya, peradaban yang mengitari keduanya sangat berbeda. Islam sebagai
Agama yang datang kemudian memegang teguh ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW sekaligus sebagai panutan baginya. Kristen Memegang teguh ajaran yang
dibawa oleh Nabi Isa AS, sekaligus juga sebagai panutannya.[1]
Interaksi yang terjadi antara agama-agama Abaraham (Yahudi, Kristen
dan Islam) memang cukup kompleks. Para ahli kitab dari masing-masing agama
tersebut saling membenarkan terhadap ajaran pokok mereka. Namun disamping itu,
perbedaan yang berujung pada konflik tetap menjadi fenomena yang tidak dapat
dipungkiri. Perang Salib merupakan salah satu wujud interaksi dilematis yang
pernah terjadi dalam tubuh agama-agama semit itu.
Istilah perang salib sebenarnya merupakan istilah yang dibuat oleh
kalangan Eropa sendiri. Karena bagi orang Islam Perang melawan orang-orang
Franka adalah peperangan melawan musuh mereka sebagaimana sering terjadi
dikalangan mereka sendiri. Orang sekaliber Ibnu Khaldun pun tidak memberikan
istilah tersendiri terhadap perang ini. Menurutnya perang salib hanyalah
sebatas perjuangan biasa antara orang Islam
dan Kristen.
Sementara menurut Lewis, perang salib merupakan perang yang
bayangannya telah lama ada. Hal ini disebabkan oleh berkembangannya hubungan
komersialisasi antara bangsa Eropa dengan bangsa lain. Sementara dikalangan
mereka sendiri masih banyak terjadi perpecahan akibat kepentingan politik dan
penindasan anatar kelompok.[2]
B.
Fokus Kajian
Pembahasan
yang kami lakukan adalah mencakup beberapa persoalan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.
Kondisi-Kondisi dunia Sebelum perang salib.
2.
Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya
perang salib.
3.
Perjalanan Perang salib.
4.
Pengaruh yang ditimbulkan akibat perang salib.
C.
Pembahasan
1.
Kondisi-Kondisi Dunia Sebelum Perang Salib
a.
Kondisi Barat (Eropa)
Agama Kristen
pada mulanya lahir dan berkembang diwilayah Asia Barat, Tepatnya di Jerusalem
kemudian ia melebar kearah barat kemudian mendapat sambutan hangat di Eropa.
Agama Kristen yang pada mulanya menjadi mumuk yang dianggap berbahaya ini
kemudian mendapatkan posisi secara politik dibawah kekaisaran Romawi pada masa
kaisar Konstantin Berkuasa (303-337 M).[3]
Kaisar Kostantin menyatakan dirinya memeluk agama Kristen pada tahun 312 M,
namun ia dibabtis pada saat menjelang kewafatannya sekitar tahun 337 M. dengan
bergabungnya kaisar ke dalam barisan Kristen menyebabkan gejolak pada
rakyaktnya, dengan kekhawatiran yang berlebihan takut terjadi berbagai macam
bentuk penindasan dan disikriminasi. Berhubungan dengan itu, kaisar
mengeluarkan ketetapan bahwa ia memberikan kesempatan kepada seluruh kalangan,
khususnya kepada para pemeluk agama baru itu untuk menjadi bagaian dalam
administrasi Negara.
Hubungan
antara kaisar dengan gereja ini sudah pasti menjadi peluang emas bagi kalangan
gereja untuk dapat menyebarkan pahamnya dengan leluasa. Hal ini dapat dilihat
bahwa semakin hari posisi gereja dalam Negara semakin kuat dan penting.
Hubungan anatara Negara dan gereja ini kemudian pada tahun 380 M
dipertegas, dengan dikeluarkannya Edict
of Theodasius yang menempatkan Kristen sebagai agama resmi Negara dan
gereja menjadi gereja Negara.[4]
Kondisi ini pada saatnya semakin memperkokoh keberadaan Kristen secara politik
Kenegaraan.
Sebagaimana
Marxisme saat bersanding dengan leninisme, yang kemudian mencapai puncaknya di Rusia pada saat partai komunis berkuasa dibawa
pimpinan Vladimir ilyc Ulyanof, Kristen Katolik juga menjadi sebuah ajaran yang
menakutkan ketika bersanding dengan kekaisaran Romawi dibawah pimpinan
Theodasius. Kolaborasi Gereja dengan Negara ini kemudian mengharuskan semua
penduduk dibawah kekaisaran untuk mengikrarkan Imannya melalui gereja-gereja.
Sepeninggalan
Theodosius pada tahun 395 M, Wilayah kekaisaran romawi dibagi menjadi dua
bagian, Romawi barat dan Romawi Timur. Pemerintahan Romawi Barat berpusat di
Roma dan Romawi timur Berpusat di Kostantinopel. Dalam perkembangan
selanjutnya, Pemerintahan Romawi timur mengalami perkembangan yang pesat.
Kekaisaran ini sempat bertahan sampai seribu tahun kemudian, sampai akhirnya
ditaklukkan oleh kaum muslimin pada tahun 1453 M. hal ini berbanding terbalik
dengan kekaisaran Romawi Barat, karena kerjaan ini hanya sanggup bertahan
sampai pada tahun 476 M. Setelah tahun tersebut kekaisaran Romawi Barat
dipecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil.
Namun
demikian, tibalah saatnya pada abab ke 8, saat dimana terjadi jalinan kembali
antara Paus dan raja atau Negara. Hal ini terjadi ketika raja Pepin dari
prancis berhasil mendirikan kerajaan, dimana keluarga Pepin mendapatkan
dukungan dari Paus dalam bentuk legetimasi dari gereja. Kemudian Masih dalam
abad ke 8, Paus Leo III menggegerkan daratan Eropa tatkalah ia meletakkan
mahkota kerajaan kepada Charlemagne (742-814 M). Yang kemudian peristiwa ini
menandai akan kebangkitan kembali kekaisaran Romawi Barat.[5]
Kemudian pada
814 M, kaisaran Romawi Barat meninggal dunia. Situasi ini kemudian menjadi awal
mula disintegrasi kedua terjadi. Sentralisasi kepemerintahan menjadi carut marut,
yang kemudian situasi ini dimanfaatkan oleh kaum muslimin pada abad ke 9 untuk
melakukan penyerbuan.
Dengan
demikian, secara politik, hingga abad ke 11, kerajaan-kerajaan di Eropa
sedangan mengalami sejumlah persoalan. Meskipun pada saat itu sudah tidak
dihadapakan pada persoalan invasi dari luar, tapi ia sedang mengalami perang
feodal yang sengit dan keras. Dengan sebab tidak adanya musuh bersama dari
luar, kemudian mereka yang mencari kekuasaan dalam tubuh mereka sendiri.
Sehingga kondisi politik mereka terganggu dan gereja menjadi pelarian
masyarakat untuk mencari perlindungan.
Di samping
kondisi politik, di Eropa juga mengalami masalah dalam kondisi yang lain. Yakni
kondisi keagamaan. Munculnya refomasi Cluny dan kedamian tuhan merupakan suau
gerakan keagamaan yang ada pada saat itu. Proses kristenisasi dimasyarakat
Eropa kemudian dididik secara Kristen meruapakan proyek para reformis Cluny.
Hal ini dilakukan dalam rangka untuk meredam sistuasi politik yang berujung
peperangan saat itu. Program cluny juga adalah berziarah ketempat-tempat suci
mereka.
Situasi
keagamaan yang terjadi saat itu juga adalah adanya perjanjian genjatan senjata
dalam rangka kedamaian bagi tuhan. Di tengah kondisi ini, kemudian pada tahun
1033 M terjadi bencana kelaparan yang melanda Eropa. Kejadian ini oleh gereja
dianggap sebagai kemarahan tuhan atas dosa-dosa manusia. Kemudian untuk menolak
bencana-bencana itu, harus dilakukan penebusan dan pertobatan kepada tuhan.[6]
Situasi yang
mengitari masyarakat Eropa berikutnya adalah Ekonomi. Sekitar 716 M Eropa masih
berada pada kondisi ekonomi tradisional murni. Pasar-pasar saat itu hanya
berisi telur, ternak, unggas dan produksi industry setempat saja. Namun pada
1050 an, Eropa telah mengalami perkembangan yang pesat, segala bentuk
perkembangan ekonomi telah mulai maju. Hal yang paling Nampak perkembangannya
pada sector pertanian sebagai ujung tombak ekonomi masyarakat pada saat itu. [7]
b.
Kondisi Timur (Islam)
Perkembangan
politik Islam sebelum dikumandangankkanya perang salib telah mengamali
perpecahan. Setelah sekian lama kekhalifahan berlangsung, telah banyak
menorehkan sisi positif dan negative. Perkembangan demi perkembangan telah
digapainya. Khilafah bani Abbasyiah, atau lebih dikenal dengan dinasti Abbasyiah
pernah mengalami kejayaannya pada saat Eropa mengalami keterpurukan.
Kejayaan yang
telah dicapainya ternyata tidak menjadi kepuasan tersendiri bagi jajaran
birokrasi saat itu. Akibat dari ketidak puasan, keserakahan, egosime yang terjadi
diintern umat Islam kemudian terjadi perpecahan yang sangat fatal. Dinasti bani
Abbasyiah terpecah kedalam banyak kelompok atau kerajaan-kerajaan.
Di antara
kerajaan-kerjaan yang ada pada saat itu adalah sebagai berikut:[8]
1)
Kerajaan Rustamiyah (161-296 H)
2)
Kerajaan Al Idarisah (172-375 H)
3)
Kerajaan Aglabiyah (184-296 H)
4)
Kerajaan bani Zayri (362-548 H)
5)
Kerajaan Tuluniyah (254-292 H)
6)
Kerajaan Ikhsyidiyah (324-358 H)
7)
Kerajaan Hamdaniyah (293-392 H)
8)
Kerajaan Samaniyah (261-389 H)
9)
Kerajaan Ghaznawiyah (366-582 H)
10)
Kerajaan Khawarizmiyah di Khurasan dan
Tranxisania (470-628 H)
11)
Kerajaan Ghawriyah
Setidaknya,
sederet kerajaan-kerajaan kecil inilah yang ada pada masa dinasti bani Abbasyiah
yang berpusat di Bagdat saat itu. Sehingga tidak heran jika kondisi ini menjadi
penyebab kekalahan umat Islam pada perang salib periode pertama berlangsung.
Sementara itu,
dari sisi ekonomi bangsa Islam memang mempunyai catatan sejarah yang baik. Hal
ini disebabkan karena sejak awal islam yang berpusat di timur tengah memang
merupakan daerah yang menjadi pusat perdagangan dari berbagai penjuru, terlebih
ketika proses ekpansi dilakukan, hingga Islam dapat menguasai Syuria dan Persia
yang memiliki kebudayaan urban. Sehingga kecenderungan ini dapat dijadikan
sebagai pelantara proses perdagangan antar daerah.
2.
Sebab-Sebab Terjadinya Perang Salib
Dilihat dari
perkembangan sejarah, peristiwa perang salib ini terjadi pada bagain
pertengahan dalam sejarah panjang interakasi Islam-Eropa. Letak geografis
antara timur dan barat hanya bisa dipertimbangkan sebagai factor penting
terjadinya perang salib jika disandingkan dengan pertentangan agama, suku,
bangsa dan perbedaan bahasa. Namun faktanya, secara khusus perang salib
menggambarkan rekasi Kristen di Eropa terhadap muslim di Asia yang telah
nyerang dan menguasasi wilayah Kristen sejak 632. Proses ekspansi yang dilakukan
umat Islampun tidak hanya di Syuria dan Asia Kecil, tetapi telah meluas ke
Spanyol dan Sililia.[9]
Berikut akan
dipaparkan sejumlah persoalan yang mendorong terjadinya pperang salib:[10]
a.
Perlunya membantu saudara-saudara Kristen
mereka di wilayah timur yang ditandai dengan adanya permohonan bantuan dari
umat Kristen timur.
b.
Kemenangan yang diraih oleh bangsa Turki
saljuk.
c.
Penderitaan yang dialami oleh umat Kristen di
wilayah timur dan kesulitan yang dialami oleh peziarah dalam menempuh akses Jerusalem.
d.
Penodaan atas banyak gereja yang dilakukan
oleh orang Turki.
e.
Membebaskan dan mengambil alih kendali
Jerusalem sebagai tempat suci mereka.
Berdasarkan
uraian di atas, jika dikategorikan, ada tiga factor umum yang menjadi penyebab
terjadinya perang salib. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Fafidz Dasuki:[11]
a.
Faktor Agama
Sejak Dinasti
saljuk mengambil alih kekuasaan Jerusalem dari tangan Dinasti Fatimiyah pada tahun
1077 M. Orang Kristen merasa tidak bebas untuk melakukan ziarah ketempat suci
itu. Penguasa bani Saljuk banyak mengeluarkan peraturan yang dianggap
menyulitkan bagi umat kristiani saat itu. Perlakuan bani Saljuk sangat berbeda
dengan perlakuan para penguasa sebelumnya.
b.
Fakor Politik
Kekalahan
Bezantium di Manzikart Armenia pada tahun 1071 M dan jatuhanya Asia Kecil
kebawah kekuasaan Saljuk telah mendorong kaisar Kostantinopel, Alexius I
Comnenus pada tahun 1095 M meminta bantuan pada Paus Urbanus II. Pemberian
bantuan ini kemudian menjadi awal berkahirnya perang diintern mereka dan
sekaligus sebagai sarana pemersatu antara Eropa barat dengan Timur.
Bersamaan
dengan itu, kaum muslimin secara politik sedang berada dalam kekacauan atau
diistegrasi. Hal ini ditandai dengan terbaginya kaum muslimin kedalam tiga
kekuasaan. Dinasti Fatimiyah di Mesir, Dinasti Abbasyiah di Bagdad dan Dinasti
Umayyah di Spanyol Cordoba.
c.
Faktor Ekonomi
Motivasi untuk
menguasai banyak titik perdagangan di timur menjadi suntikan semangat besar bagi
kristiani untuk melakukan ekspedisi besar-besaran ketimur. Para pedagang rela
mendanai perang salib demi kepentingan itu. Seperti para pedagang dari Venesia,
Genoa dan Pisa. Mereka beranggapan bahwa kawasan tersebut akan menjadi tempat
yang sangat strategis untuk kepentingan dagang mereka. karena akan
menyambungkan Eropa dengan rute-rute perdagangan timur.
Dari
serangkaian penyebab yang sangat banyak dan kompleks itu, sebenarnya perang
salib atau diistilahkan dengan perang suci merupakan tanggapan atau reaksi atas
trauma panjang kamu Ibrani atas praktek perbudakan di Mesir jauh sebelum perang
salib berlangsung. Prosesnya tidak lebih penting sebagai bentuk pencarian jati
diri, identitas baru yang bebas, terhormat dan mandiri.[12]
Namun
demikian, tidak ada perang suci Kristen sampai paus Urban menyerukan perang
salib pertama. Dengan demikian, yang menjadi penyebab utama perang salib
berlangsung adalah seruan Perang Oleh Paus dengan Khutbahnya:
“Wahai Bangsa Frank, Bangsa yang yang dicintai
dan dipilih oleh Tuhan, yang terlihat dari karya-karya kalian semua, terlepas
dari hubungan semua bangsa-bangsa dengan negeri kalian, demikian juga dengan
agama katolik kalian dan penghormatan yang kalian berikan kepada gereja suci.
Untuk kalian semua seruan ini kami tujukan dan untuk kalian semua peringatan
ini kami sampaikan. Kama ingin kalian semua mengetahui tentang sesuatu yang
sangat menyedihkan, yang telah menyebabkan kami datang ke negeri kalian, karena
sebentar lagi akan ada bahaya besar yang mengancam kalian dan agama kalian.
Itulah hal penting yang telah kami bawa kesini.
Dari perbatasan Jerusalem dan dari
Konstantinopel, ada laporan menyedihkan yang terus menerus dan berkali-kali
sampai pada kami. Yaitu, keberadaan suatu bangsa dari kerajaan Persia, suatu
bangsa yang terkutuk, suatu bangsa yang sepenuhnya dijauhkan dari tuhan, suatu
bangsa yang tidak memiliki hati dan yang jiwanya tidak setia dengan tuhan,
dengan menggunakan kekerasan telah menguasai dan merampas tanah-tanah yang
merupakan milik Kristen dan telah mengahncurkan umat Kristen dengan penjarahan
dan pembakaran. Mereka telah menawan dan membawanya ke negeri mereka sendiri
dan sebagiannya dibunuh dengan kejam dan bengis. Mereka juga telah
menghancurkan gereja-gereja milik tuhan atau menjadikan dan mengubahnya sebagai
tempat ibadah mereka sendiri. Mereka mengghancurkan altar-altar setelah mereka
mengotorinya dengan perbuatan keji. Kerajaan Yunani sekarang telah
dicabik-cabik oleh mereka. Mereka telah mengambil wilayah-wilayah yang sangat
luas yang tidak dapat dilewati atau ditempuh dalam waktu dua bulan.
Oleh karena itu, sekrang adalah saatnya untuk
menuntut balas dan untuk merebut kembali wilayah-wilayah itu. Tuhan akan
menganugerahkan kemuliaan yang luar biasa dalam bentuk persenjataan dan
semangat yang tinggi, kekuatan jasmani dan kekuatan untuk bertahan ketika
menghadapi hambatan. Lihatlah karya-karya yang telah dihasilkan oleh penduduk
kalian, kalian dapat memetik keberanian dan keberhasilan mereka, Raja
Charlemagne. Lihatlah makam suci tuhan dan juru selamat kita, yang sekarang
dikuasai oleh bangsa yang kotor dan najis dan tempat suci lainnya yang sekarang
terancam oleh perbuatan-perbuatan najis dan tidak senonoh dari agama yang
kotor. Kalian merupakan tentara-tentara yang gagah berani dan merupakan
keturunan dari para pendahulu kalian yang tidak terkalahkan. Jangan mundur
tetapi ambillah keberanian yang telah diwariskan oleh leluhur kalian.
Namun apabila kalian tidak berangkat
disebabkan karena cinta kalian pada anak-anak kalian, orang tua dan istri
kalian. Ingatlah yang dikatakan tuhan dalam kitab suci. “Dialah yang lebih
mencintai ayah dan ibunya dari pada mencintaiku, maka tidak termasuk orang yang
layak buatku” Setiap orang yang membiarkan rumah-rumah kalian,
saudara-saudara, ibu istri dan anak-anaknya, serta tanahnya demi Tuhan mereka
akan menerima seratus kali lipat dan akan mewarisi kehidupan yang abadi.
Marilah, tidak ada satupun yang kalian miliki yang dapat menahan kalian pergi
dan tidak seorangpun dari kalian yang mencemaskan keluarga kalian.
Marilah, rasa benci yang ada di antara kalian
dan pertengakaran yang ada di antara kalian sendiri segera diakhiri. Marilah,
peperangan di antara kialian hentikan,. Marilah, semua perselisihan dan
pertentangan di antara kalian segera tinggalkan. Masuklah kedalam barisan untuk
menuju tanah suci, merebut kembali tanah-tanah orang Kristen dari bangsa jahat
dan menjadikan milik kalian sendiri. Tanah yang digambarkan dalam kitab suci
dialiri susu dan madu telah dijanjikan tuhan kepada anak-anak Israel. Jerusalem
dalah pusat dunia, wilayah ini sangat subur melebihi wilayah lain layaknya
kesenangan surgawi. Tempat ini merupakan penebus bagi umat manusia yang
melakukan ziarah, tempat yang indah untuk persinggahan, tempat yang suci untuk
orang memiliki nafsu besar dan penebus dosa bagi kematiaanya, serta kemuliaan
bagi penguburannya.
Kota kerajaan
ini yang merupakan pusat dunia, sekarang berada dalam kekuasaan musuh kristus
dan dimiliki oleh orang-orang yang tidak mengenal tuhan. Yang menyembah
berhala. Oleh karena itu kota ini minta untuk dibebaskan dan dihentikan dari
kekuasaan musuh. Kota ini meminta pertolongan kepada kalian karena seperti yang
sudah kami katakan, tuhan akan menganugerahkan kepada kalian semua di atas
bangsa-bangsa lain kemuliaan yang sangat tinggi. Dengan demikian, melakukan
perjalanan ke kota ini akan menghapus semua dosa, ditambah dengan jaminan
kerajaan tuhan yang kekal”.[13]
Pidato atau khutbah yang disampaikan oleh Paus
Urban di Clermont Prancis ini dihadiri oleh sekitar 150.000 Manusia dari
berbagai golongan. Namun sebagian besarnya adalah orang Franka. Pidato ini
merupakan pidato yang paling berpengaruh dari rentetan sejarah panjang bangsa
Eropa. Orang-orang yang hadir ditempat itu meneriakkan selogan Deus Vult
(Tuhan menghendaki) dan mulai saat itulah genderang perang salib pertama
ditabuh dan lencana salib dipasang.[14]
3.
Rentetan Perang Salib
a.
Perang Salib I
Ketika
terpilih sebagai orang nomer satu di Kepausan Roma dan titahnya menajdi
tertinggi yang dipatuhi oleh umat Kristen, Paus Urban II mulai menyerukan
perang salib pertama. Kontak senjata pertamapun dimulai dengan misi
menyelamatkan Baitul Maqdis.[15]
Perang salib
pertama yang dimulai pada musim semi 1095 M ini terdiri dari lima kelompok atau
pasukan:[16]
Pertama: Pasukan yang
tidak terorganisir yang dipimpin oleh Peter The Hermit. Kelompok mereka ia
adalah kelompok yang tidak mengindahkan komando Alexius II, dan tepatnya pada 6
Agustus 1096 M mereka menyebrangi selat menuju Jerusalem. Ketika mereka kembali
untuk meminta bantuan mereka diserang di Cibotus dan semuanya dihancurkan oleh
pasukan Turki. Dengan demikian mereka dibantai sebelum mereka sampai ke
Bizantium.
Kedua: Pasukan Hugh
dari Vermandois, saudara dari raja Philip I dari prancis, berangkat dengan
pasukan kecil, hal ini terjadi karena kapalnya mengalami kecelakaan ketika
menyeberangi laut Adriatik dari Bari ke Dyrrhacium. Godfrey dan saudaranya
Eustace dan Baldwin bekerjasama dengan mengambil rute perjalanan darat melewati
Hungaria sampai di Konstantinopel. Perjalanan mereka tidak mengalami hambatan
hingga sampai di Konstantinopel pada akhir Desember 1096 M.
Ketiga: Pasukan lain
adalah pasukan yang dipimpin oleh Bohemond, seorang Norman dari Italia selatan.
Bohemond merupakan panglima yang telah mengenal medan perang dengan baik,
karena ia telah pernah ikut perang bersama ayah melawan Bizantium, namun
sekarang ia akan berperang lagi ditempat yang sama melawan kaum Muslimin.
Kelompok ini sampai di Konstantinopel pada 9 April 1097 M.
Keempat: Pasukan
berikutnya adalah kelompok Raymond.
Pasukan ini merupakan kelompok yang paling besar, ia melewati Italia Utara di
sekitar Adriatik kemudian menuju sebelah selatan wilayah Bizantium. Ia sampai
di Konstantinopel pada 27 April 1097 M.
Kelima: pasukan
berikutnya adalah dibawah pimpinan Robert dari Flander. Ia menyebrangi laut
Adriatik dari Brindisi kemudian sampai di Konstantinopel.
Dengan
demikian, empat kekuatan inti di atas berkumpul di Konstantinopel antara bulan
Desember 1096 sampai Mei 1097. Kemudian pasukan tersebut menyisiri kawasan kaum
muslimin dan pada akhirnya pada 18 juni 1097 M mereka berhasil mengalahkan
Nicea dan tahunn 1098 meereka berhasil menaklukkan Edessa. Di tempat ini mereka
mendirikan kerajaan Pertama dengan Baldwin sebagai rajanya.[17]
Pasukan salib
yang lain dibawah pimpinan Bohemond berhasil menaklukkan dan merebut kota Antiokia
pada tanggal 3 Juni 1098 M dari kekuasaan gubernur Yaghisiyan. Dengan demikian
kerajaan ini menjadi kerajaan salib kedua berdiri setelah Edessa serta
menjadikan Bohemond sebagai Rajanya.[18]
Kemudian
setalah keberhasilan di atas, mereka melanjutkan ekpsansinya ke Jerusalem
dibawah Pimpinan Godfrey, dan kemudian setalah melalui pengepungan selama satu
bulan akhirnya mereka berhasil menduduki Jerusalem pada tanggal 15 Juli 1099 M
dan melakukan pembantaian terhadap 40.000 kaum muslimin dalam dua hari.
Sehingga tumpukan kepala, tangan dan kaki dapat dijumpai di jalan-jalan kota
dan alun-alun. Kemudin pada saat itu berdirilah kerajaan ketiga yang dengan
rajanya Godfrey.[19]
Kemudian
setelah menaklukkan Jerusalem, ada yang mengatakan mereka kembali kedaerahnya
karena telah memenuhi janji suci mereka, sementara yang menurut pendapat yang
lain, mereka masih melakukan ekpansi dan ia berhasil menguasai Akka, (1104 M)
Tripoli (1109 M)dan Tyre (1124), kemudian berdirilah kerajaan Tripoli dengan
rajanya yang bernama Raymond.[20]
Kemampuan umat
Kristiani untuk menguasai empat kota umat Islam dalam waktu yang singkat
merupakan titik balik bagi kaum muslimin hingga tercetusnya perang salib kedua.
b.
Perang Salib II
Lahirnya sosok
Imaduddin Zangi pada tahun 1127 M menjadi catatan awal dari munculnya perang
salib periode kedua. Zangi dipilih oleh sultan Mahmud dari dinasti Saljuk untuk
menjadi Atabik di Mosul Irak. Ia dipercaya untuk mempertahankan dan memperbaiki
kondisi Mosul. Zangi memiliki andil besar dalam memerangi tentara salibis. Di
tengah-tengah konflik yang terjadi di intern umat Islam sendiri Zangi dapat
mengambil alih satu persatu wilayah-wilayah Islam dari bangsa Franka.[21]
Peperangan
yang pertama dipimpinnya adalah berlangsung di Edessa. Zangi merebutnya dari
Jocelin II pada tahun 1144 M. Daerah ini adalah daerah tentara perang salib
pertama yang berdiri dan pertama juga dijatuhkan. Peristiwa inilah kemudian
yang menjadi babak baru perang salib kedua dimulai. Yaitu pada tahun 1147-1149
M.[22]
Perang salib
kedua yang dipimpin oleh Conrad III dari jerman dan Louis VII dari Prancis.
Dengan bala tentara dari kedua pimpinnan, akhirnya mereka berhasil mengepung
Damaskus selama empat hari namun tidak mengasilkan apa-apa. Hal ini terjadi
karena para salibis khawatir dan mereka pulang ke daerahnya sementara yang lain
berhasil menduduki daerah perbatasan Apemea pada tahun 1149 M. Kepulangan
mereka terjadi atas datangnya Bantuan dari umat Islam yang dikomandani Oleh
Nuruddin Mahmud dari Aleppo dan Syaifuddin Ghazi dari Mosul.[23]
Bersamaan
dengan mundurnya tentara salib ini, saat itu mesir sedang dilanda perselisihan di
intern dinasti Fatimiyah. Shawar seorang perdana menteri Fatimiyah dilepas dari
jabatannya oleh gerakan rahasia. Kemudian Nuruddin Mengirim pasukan dibawah
pimpinan Syirkuh, namun ternyata shawar memerangi Syirkuh dengan mendapat
bantuan dari pasukan Prancis hingga ia berhasil menduduki Mesir.
Selang
beberapa tahun kondisi dinasti Fatimiyah semakin melemah Kemudian muncullah
Salahuddin Al Ayyubi Tampil dan memulihkan otoritas Khalifah Abbasyiah di
Mesir. Setelah Dinasti Fatimiyah Hancur, Salahuddin menjadi penguasa Mesir
selama tahun 1174-1193 M.
Berbagai macam
peperangan telah dilewati oleh sahahuddin, ia telah banyak menguasai
daerah-daerah yang menjadi benteng pertahanan Kristen salibis. Seperti Acre, Namplus
dan Ramla. Selanjutnya perhatian terbesar Salahuddin adalah untuk menguasai
kembali Jerusalem. Kemudian pengepungan pun dilakukan di Jerusalem dan
Salahuddin menyerukan pada tentara salibis untuk menyerah. Namun himbauan itu
tidak di indahkan oleh mereka hingga Salahuddin bersumpah untuk membalas dengan
atas pembataian kaum muslim ditempat itu. Setelah pengepungan lama dilakukan,
akhirnya tentara salibis kehabisan gairah perangnya dan memohon kelemahan hati
sang sultan. Jiwa sang sultan terlalu penyayang dan lembut untuk mewujdukan
sumpahnya akhirnya ia memaafkan mereka. kemudian terjadilah kehidupan yang
damai bersama mereka orang-orang Romawi. Mereka diberi hak yang sama dan
diizinkan untuk tinggal di Jerusalem. Demikianlah sejarah perang salib dua hingga
salahuddin menjadi penguasa yang lemah lembut dan penyayang.[24]
c.
Perang Salib III
Jatuhanya
Jerusalem ketangan kaum muslimin menjadi pukulan telak dan menyakitkan untuk
kalangan Kristen. Mereka pun menyusun rencan balasan dan seruan perang salib
ketiga dikumandangankan dengan pimpinan Frederik Barbarossa dari Jerman, Ricard
dari Inggris Dan Philip dari Prancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M
dengan dua jalur berbeda. Pasukan Ricard dan Philip menempuh jalur laut dan
Barbarossa menempuah jalur darat. Namun Barbarossa saat itu meninggal karena
tenggelam di sungai.
Sebelum menuju
Jerusalem, mereka terlebih dahulu menguasai Siprus sampai mendirikan Kerajaan
Siprus. Meskipun mendapatkan tentangan dari Salahuddin tapi mereka berhasil
merebut Akkah yang kemudian dijadikan ibu kita kerajaan latin. Namun sebelum
perang salib ini berakhir, Philip kembali ke Prancis untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi dinegaranya. Sehingga Tinggal Ricard sedirian. Pada
akhirnya Ricard berhasil memasuki palestina dan membuat perjanjian dengan
salahuddin yang diberi nama dengan “Shulh Ramlah”. Dengan
demikian perjanjian damai yang menghasilkan kesepakatan tersebut mengakhiri
perang salib periode ketiga.[25]
d.
Perang Salib IV
Perang salib
ke empat merupakan perang salib dimana Salahuddin telah meninggal. Pada saat
itu berkobarlah perang salib IV atas inisiatif Paus Celestine III. Akan tetapi
sesuangguhnya peperangan Kristen ini tidak begitu dikenal dengan berakhirnya
perang salib ketiga. Pada tahun 1195 M pasukan salib berhasil menunndukkan
Sisilia kemudian terjadi penyerangan dua kali ke Syuria. Pada saat pasukan
salib mendarat di pantai Phoenecia dan menduduki Beirut anak salahuddin yang
bernama Al ‘adil Akhirnya dapat menghalau tentara salibis dan selanjutnya
menyerang perlindungan pasukan salib. Karena tekanan yang begitu besar kahirnya
tentara salibis menempuh jalur damain damai dengan kaum muslimin dan perang
jilid empat harus diakhiri.[26]
e.
Perang Salib V
Perang salib
jilid kelima ini sebarnya bukan perang antara orang Islam dengan barat, melainkan
atara Ssalibis dengan orang-Orang Romawi. Namun demikian, menurut Versi lain
perang yang dikomandani oleh Leopold, Andrew II
dan Bahmao ini mereka tetap mengarahkan serangan ke Mesir dan pada
akhirnya mereka dipukul mundur oleh al Kamil dengan memanfaatkan kondisi sungai
Nil yang surut kemudian tentara Muslim mengahancurkan bendungan sungai Nil dan
mereka meminta bantuan penyelamatan serta mengadakan perjanjian damai.[27]
Dari rentetan
perang salib yang terjadi, terjadi banyak kategori perang salib. Ada yang
membagi perang salib pada beberapa gelombangan seperti terjadi menjadi tujuh
gelombang, Sembilan gelombang. Namun perang salib yang banyak memberikan
pengaruh terhadap perubahan kedua perubahan dua budaya besar ini adalah pada
perang salib jilid 1 sampai 4. Karena perang salib yang terjadi berikutnya
banyak ditempuh dan dikahiri melalui jalan damai. Sekalipun sebelumnya masih
terjadi peperangan yang sangat sengit.
4.
Pengaruh Perang Salib bagi Perkembangan
Peradaban
Sudah menjadi
pengetahuan umum bahwa perang salib memiliki peangruh yang luar biasa terhadap
perkembangan budaya besar di Eropa. Peristiwa tersebut banyak menjadi jembatan
pertukaran banyak hal. Namun demikian, manfaat perang salib lebih banyak
dimiliki oleh bangsa Barat atau Eropa. Dan sebaliknya kaum muslim sedikit
sekali memperoleh pengaruh positif dari perjalanan perang salib selama kurang
lebih dari dua abad ini.
a.
Peradaban Barat
1)
Pengetahuan, filsafat dan sastra
Tanpa
mengesampingkan sejarah luar biasa yang pernah digampai oleh umat islam sebelum
perang salib berlangsung. Eropa telah banyak memperoleh nuansa intelektual yang
sangat cemerlang dari Islam. Bangsa yang pernah berkembang dalam banyak ilmu
pengetahuan seperti kedokteran, music, filsafat ini kini telah menjadi redup
akibat berkecamuknya peperangan selama kurang lebih dua abad.
Eropa sebagai
wilayah yang kering akan wawasan keilmuan berusaha bangkit melalui upaya
penerjemahan selama perjalanan perang salib berlangsung. Contoh kongkrit yang
dapat diketahui adalah peralihan dalam bidang pengetahun dan filsafat. Adelard
dari Bath yang menerjemah karya-karya berbahasa arab dalam bidang astronomi dan
geometri. Ia pernah mengunjungi Antiokia dan Tarsus pada abad 12. Sekitar satu
abad kemudian ahli aljabar Eropa yang bernama Leonardo Fibonacci
mempersembahkan sebuah karya yang diterjemah dari bahasa arab kepada Frederick
II, yang dalam sejarahnya ia pernah mengunjungi Mesir dan Suriah.[28]
Berikutnya
adalah Seorang penduduk Pisa yang bernama Stephen dari Antiokia menerjemah buku
dalam bidang kedokteran karya Al Majusi di Antiokia pada tahun 1127 M. Kemudian
karya itu dibawa Oleh orang Franka ke negeri mereka. Kemudian Philip di Tripoli
juga berhasil membawa terjemahan Sirru al Asrar, yang diperkirakan di
susun oleh Arisetoteles untukk membimbing muridnya yang bernama Alexander
Agung.[29]
Sementara itu
dalam bidang sastra kisah-kisah tentang Grail Yang suci sudah tidak diragukan
lagi berasal dari Suriah. Kemudian kisah seribu satu malam juga merupakan karya
yang menjadi inspirasi perkembangan sastra di Eropa. Hal yang paling gemilang
adalah proses transfer yang didapat melaui lisan yang kemudian menjadi
inspirasi akan munculnya upaya untuk mengganti metode kekerasan dengan metode
persuasive yang dilakukan oleh kalangan orientalis. Raymond Lull murupakan
orang Eropa pertama yang menganjurkan kajian ketimuran sebagai sebuah upaya
mengetahui budaya timur.[30]
2)
Perkembangan Militer
Dalam bidang
militer yang di adopsi oleh orang Franka adalah seperti penggunaan atrbut
perang. Mulai dari sangkakala, sebagai tanda awal dimulai perang, baju yang
dilapisi oleh besi, mendidik Merpati Pos sebagai penyambung lidah antar dua
pasukan. Praktek perayaan kemenangan dengan cahaya-cahaya di angakasa.
Contoh lain
yang berhasil di adopsi oleh Eropa adalah penggunaan bahan peledak bubuk mesiu,
yang hingga kini telah menjadi peralatan canggih modern. Strategi perang kamu
muslimin yang canggih juga berhasil di adopsi oleh kalangan Franka.
3)
Pertanian dan Industri
Dibidang
pertanian tentara salib lebih banyak mendapatkan untung dari pada dalam bidang
intelektual. Mereka dapat mengetahui tentang pertumbuahan beberapa tanaman baru
di kawasan Mediterania Barat.seperti Biji Wijen dan padi-padian, semangka dan
lemon.[31]
Sementara itu
di timur orang Franka dapat mengetahui citarasa baru terutama dalam parfum,
rempah-rempah dan makanan-makanan baru dan produk-prodk timur lainnya. Citarasa
inilah kemudian menyebabkan intensitas perdagangan Eropa-Timur berlangsung
dengan baik dalam rangka untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi.
Wangi dupa arab, mawar damaskus dan wewangian lainnya adalah salah satu produk
Timur yang berhasil di adopsi oleh para pedagang Eropa.[32]
Kincir air
yang lebih maju juga tidak lepas dari incaran Eropa pada saat pernag salib
berlangsung. Namun tidak hanya itu, tercipatanya pasaran baru di eropa untuk
produk-produk timur menjadi keragaman industry tersendiri di Eropa.[33]
Salah satu
yang temuan penting yang berkaitan dengan aktifitas bahari adalah kompas. Jauh
hari sebelum cina menggunakan alat penunjuk arah itu bangsa arab telah
menggunkannya pada saat perdagangan Persia dan perairan Timur berlangsung. Tetapi
untuk alasan komersial keberdaannya sangat dirahasiakan. Sementara di Eropa,
pelaut italia lah yang pertama kali menggunakan kompas.[34]
4)
Perkembangan bidang Arsitektur
Para tentara
salib banyak juga mendapatkan pengetahuan tentang tata bangun militer yang
berada di di Itali. Namun tata bangun yang lebih banyak mereka dapatkan terkait
dengan arsitektur benteng di Kairo.[35]
5)
Percampuran Ras
Jumlah orang
Franka yang telah berasimilasi dengan penduduk asli Suriah dan Palestine sudah
sulit untuk di perkitakan. Proses asimilasi tersebut dapat ditandai dengan
banyaknya penisbatan nama dilakangan mereka. Seperti Bani Karam, Faranjiah dan
Shalibi. Hal ini dilakukan dalam rangka memelihara silsilah dan tradisi nenek
moyang mereka.[36]
b.
Peradaban Islam
Sebagaimana
telah dikemukakan diawal, bahwa perang salib memang banyak memberikan pengaruh
positif terhadap orang-orang Eropa. Sementara islam hanya mendapatkan manfaat
dalam bidang perdagangan dan industri mikro. Hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya orang Eropa yang mengadakan kerjasama perdagangan lintas Negara.
Sisi negative yang dapatkan oleh
umat islam adalah trauma yang berkepanjangan dan adanya kesan mengeluh-eluhkan
Salahuddin Al Ayubi sebagai penglima yang pemberani, Penyayang yang pernah
hadir ditengah-tenag mereka.
D.
Kesimpulan
Perang salib merupakan perang yang mempunyai sejarah besar di
dunia. Ia disebabkan oleh banyak factor, mulai dari factor politik, agama
hingga kepentingan pribadi. Namun demikian, factor yang paling menentukan
berkibarnya perang salib adalah Pidato yang disampaikan oleh Paus Urban yang
mampu membangkitkan semangat jihad umat kristiani sehingga nuansa agama yang
lebih ditonjolkan.
Sementara itu, perang salib berlangsung selama kurang lebih dua
abad. Adapun klasifikasi perang salib cukup beragam, sebagian sejarawan
mengatakan perang salib terjadi Sembilan, sementara yang lain mengatakan tujuh
kali. Terlepas dari perdebatan itu, perang salib yang benyak memberikan
pengaruh besar adalah perang salib satu sampai perang salib empat. Walaupun
tidak menafikan rentetan dari perjalanan perang salib yang lain.
Daftar Pustaka
Sudrajat, Ajad,
Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, cet. I (Yogyakarta:
Leutika, 2009),
A. Ibrahim Qosim, Buku Pintar Sejarah Islam,
cet. I (Jakarta: Zaman, 2014)
K. Hitti Philip, History of the Arabs, Terj:
R. Cecep Lukman Hakim dan Dedi Slamet Riyadi, (Cet. I, Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2006),
Rizema Putra Sitiatava,
Perang-Perang dalam Sejarah Islam, (Cet. IJogjakarta: IRCiSoD, 2014),
Armstrong Karen,
Perang Suci, Terj: Hikmat
Darmawan,( Cet. V, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007),
[1]
Walaupun keyakinan yang diyakni oleh kalangan
kristiani (Bukan Ahlul Kitab) sudah merupakan hasil Inovasi para paus saat itu.
Dengan demikian telah terjadi distorsi pada ajaran pokok umat kristiani.
[2]
Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan
Kembali Ekonomi Eropa, cet. I (Yogyakarta: Leutika, 2009), hlm. 51
[9]
Philip K. Hitti, History of the Arabs, Terj:
R. Cecep Lukman Hakim dan Dedi Slamet Riyadi, (Cet. I, Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2006), hlm. 811
[12]
Karen Armstrong, Perang Suci, Terj:
Hikmat Darmawan,( Cet. V, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007), hlm.93
[17]
Sitiatava Rizema Putra, Perang-Perang dalam
Sejarah Islam, (Cet. IJogjakarta: IRCiSoD, 2014), hlm 163
Penulis adalah Mahasiswa Magister Program Studi Manajemen Pendidikan Islam.
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Periode 2014/2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar