Kamis, 07 Januari 2016

PERANG SALIB

PERANG SALIB & PPENGARUHNYA

Oleh: Fauzan Adhim
 Mahasiswa Magister Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Periode 2014/2015


A.    Pendahuluan
Dunia Timur dan barat, atau lebih dikenal dengan sebutan dunia islam dan Eropa, merupakan dua peradaban yang mempunyai rentetan sejarah panjang. Dua peradaban ini tidak henti-hentinya mewarnai perbincangan banyak kalangan. Salah satu daya tarik mengapa kajian ini terus berlangsung hingga saat ini adalah konflik yang selalu mengiri keduanya.
Pada dasarnya, dua budaya besar ini mempunyai akar teologi yang sama. Keduanya, merupakan anak pinak dari keturuan Abraham (Nabi Ibrahim). Hanya sanya, peradaban yang mengitari keduanya sangat berbeda. Islam sebagai Agama yang datang kemudian memegang teguh ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sekaligus sebagai panutan baginya. Kristen Memegang teguh ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa AS, sekaligus juga sebagai panutannya.[1]
Interaksi yang terjadi antara agama-agama Abaraham (Yahudi, Kristen dan Islam) memang cukup kompleks. Para ahli kitab dari masing-masing agama tersebut saling membenarkan terhadap ajaran pokok mereka. Namun disamping itu, perbedaan yang berujung pada konflik tetap menjadi fenomena yang tidak dapat dipungkiri. Perang Salib merupakan salah satu wujud interaksi dilematis yang pernah terjadi dalam tubuh agama-agama semit itu.
Istilah perang salib sebenarnya merupakan istilah yang dibuat oleh kalangan Eropa sendiri. Karena bagi orang Islam Perang melawan orang-orang Franka adalah peperangan melawan musuh mereka sebagaimana sering terjadi dikalangan mereka sendiri. Orang sekaliber Ibnu Khaldun pun tidak memberikan istilah tersendiri terhadap perang ini. Menurutnya perang salib hanyalah sebatas perjuangan  biasa antara orang Islam dan Kristen.
Sementara menurut Lewis, perang salib merupakan perang yang bayangannya telah lama ada. Hal ini disebabkan oleh berkembangannya hubungan komersialisasi antara bangsa Eropa dengan bangsa lain. Sementara dikalangan mereka sendiri masih banyak terjadi perpecahan akibat kepentingan politik dan penindasan anatar kelompok.[2]

     B.     Fokus Kajian
Pembahasan yang kami lakukan adalah mencakup beberapa persoalan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Kondisi-Kondisi dunia Sebelum perang salib.
2.      Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya perang salib.
3.      Perjalanan Perang salib.
4.      Pengaruh yang ditimbulkan akibat perang salib.

      C.    Pembahasan
1.      Kondisi-Kondisi Dunia Sebelum Perang Salib
a.       Kondisi Barat (Eropa)
Agama Kristen pada mulanya lahir dan berkembang diwilayah Asia Barat, Tepatnya di Jerusalem kemudian ia melebar kearah barat kemudian mendapat sambutan hangat di Eropa. Agama Kristen yang pada mulanya menjadi mumuk yang dianggap berbahaya ini kemudian mendapatkan posisi secara politik dibawah kekaisaran Romawi pada masa kaisar Konstantin Berkuasa (303-337 M).[3] Kaisar Kostantin menyatakan dirinya memeluk agama Kristen pada tahun 312 M, namun ia dibabtis pada saat menjelang kewafatannya sekitar tahun 337 M. dengan bergabungnya kaisar ke dalam barisan Kristen menyebabkan gejolak pada rakyaktnya, dengan kekhawatiran yang berlebihan takut terjadi berbagai macam bentuk penindasan dan disikriminasi. Berhubungan dengan itu, kaisar mengeluarkan ketetapan bahwa ia memberikan kesempatan kepada seluruh kalangan, khususnya kepada para pemeluk agama baru itu untuk menjadi bagaian dalam administrasi Negara.
Hubungan antara kaisar dengan gereja ini sudah pasti menjadi peluang emas bagi kalangan gereja untuk dapat menyebarkan pahamnya dengan leluasa. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin hari posisi gereja dalam Negara semakin kuat dan penting. Hubungan anatara Negara dan gereja ini kemudian pada tahun 380 M dipertegas,  dengan dikeluarkannya Edict of Theodasius yang menempatkan Kristen sebagai agama resmi Negara dan gereja menjadi gereja Negara.[4] Kondisi ini pada saatnya semakin memperkokoh keberadaan Kristen secara politik Kenegaraan.
Sebagaimana Marxisme saat bersanding dengan leninisme, yang kemudian mencapai puncaknya di Rusia pada saat partai komunis berkuasa dibawa pimpinan Vladimir ilyc Ulyanof, Kristen Katolik juga menjadi sebuah ajaran yang menakutkan ketika bersanding dengan kekaisaran Romawi dibawah pimpinan Theodasius. Kolaborasi Gereja dengan Negara ini kemudian mengharuskan semua penduduk dibawah kekaisaran untuk mengikrarkan Imannya melalui gereja-gereja.
Sepeninggalan Theodosius pada tahun 395 M, Wilayah kekaisaran romawi dibagi menjadi dua bagian, Romawi barat dan Romawi Timur. Pemerintahan Romawi Barat berpusat di Roma dan Romawi timur Berpusat di Kostantinopel. Dalam perkembangan selanjutnya, Pemerintahan Romawi timur mengalami perkembangan yang pesat. Kekaisaran ini sempat bertahan sampai seribu tahun kemudian, sampai akhirnya ditaklukkan oleh kaum muslimin pada tahun 1453 M. hal ini berbanding terbalik dengan kekaisaran Romawi Barat, karena kerjaan ini hanya sanggup bertahan sampai pada tahun 476 M. Setelah tahun tersebut kekaisaran Romawi Barat dipecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil.
Namun demikian, tibalah saatnya pada abab ke 8, saat dimana terjadi jalinan kembali antara Paus dan raja atau Negara. Hal ini terjadi ketika raja Pepin dari prancis berhasil mendirikan kerajaan, dimana keluarga Pepin mendapatkan dukungan dari Paus dalam bentuk legetimasi dari gereja. Kemudian Masih dalam abad ke 8, Paus Leo III menggegerkan daratan Eropa tatkalah ia meletakkan mahkota kerajaan kepada Charlemagne (742-814 M). Yang kemudian peristiwa ini menandai akan kebangkitan kembali kekaisaran Romawi Barat.[5]
Kemudian pada 814 M, kaisaran Romawi Barat meninggal dunia. Situasi ini kemudian menjadi awal mula disintegrasi kedua terjadi. Sentralisasi kepemerintahan menjadi carut marut, yang kemudian situasi ini dimanfaatkan oleh kaum muslimin pada abad ke 9 untuk melakukan penyerbuan.
Dengan demikian, secara politik, hingga abad ke 11, kerajaan-kerajaan di Eropa sedangan mengalami sejumlah persoalan. Meskipun pada saat itu sudah tidak dihadapakan pada persoalan invasi dari luar, tapi ia sedang mengalami perang feodal yang sengit dan keras. Dengan sebab tidak adanya musuh bersama dari luar, kemudian mereka yang mencari kekuasaan dalam tubuh mereka sendiri. Sehingga kondisi politik mereka terganggu dan gereja menjadi pelarian masyarakat untuk mencari perlindungan.
Di samping kondisi politik, di Eropa juga mengalami masalah dalam kondisi yang lain. Yakni kondisi keagamaan. Munculnya refomasi Cluny dan kedamian tuhan merupakan suau gerakan keagamaan yang ada pada saat itu. Proses kristenisasi dimasyarakat Eropa kemudian dididik secara Kristen meruapakan proyek para reformis Cluny. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk meredam sistuasi politik yang berujung peperangan saat itu. Program cluny juga adalah berziarah ketempat-tempat suci mereka.
Situasi keagamaan yang terjadi saat itu juga adalah adanya perjanjian genjatan senjata dalam rangka kedamaian bagi tuhan. Di tengah kondisi ini, kemudian pada tahun 1033 M terjadi bencana kelaparan yang melanda Eropa. Kejadian ini oleh gereja dianggap sebagai kemarahan tuhan atas dosa-dosa manusia. Kemudian untuk menolak bencana-bencana itu, harus dilakukan penebusan dan pertobatan kepada tuhan.[6]
Situasi yang mengitari masyarakat Eropa berikutnya adalah Ekonomi. Sekitar 716 M Eropa masih berada pada kondisi ekonomi tradisional murni. Pasar-pasar saat itu hanya berisi telur, ternak, unggas dan produksi industry setempat saja. Namun pada 1050 an, Eropa telah mengalami perkembangan yang pesat, segala bentuk perkembangan ekonomi telah mulai maju. Hal yang paling Nampak perkembangannya pada sector pertanian sebagai ujung tombak ekonomi masyarakat pada saat itu. [7]
b.      Kondisi Timur (Islam)
Perkembangan politik Islam sebelum dikumandangankkanya perang salib telah mengamali perpecahan. Setelah sekian lama kekhalifahan berlangsung, telah banyak menorehkan sisi positif dan negative. Perkembangan demi perkembangan telah digapainya. Khilafah bani Abbasyiah, atau lebih dikenal dengan dinasti Abbasyiah pernah mengalami kejayaannya pada saat Eropa mengalami keterpurukan.
Kejayaan yang telah dicapainya ternyata tidak menjadi kepuasan tersendiri bagi jajaran birokrasi saat itu. Akibat dari ketidak puasan, keserakahan, egosime yang terjadi diintern umat Islam kemudian terjadi perpecahan yang sangat fatal. Dinasti bani Abbasyiah terpecah kedalam banyak kelompok atau kerajaan-kerajaan.
Di antara kerajaan-kerjaan yang ada pada saat itu adalah sebagai berikut:[8]
1)      Kerajaan Rustamiyah (161-296 H)
2)      Kerajaan Al Idarisah (172-375 H)
3)      Kerajaan Aglabiyah (184-296 H)
4)      Kerajaan bani Zayri (362-548 H)
5)      Kerajaan Tuluniyah (254-292 H)
6)      Kerajaan Ikhsyidiyah (324-358 H)
7)      Kerajaan Hamdaniyah (293-392 H)
8)      Kerajaan Samaniyah (261-389 H)
9)      Kerajaan Ghaznawiyah (366-582 H)
10)  Kerajaan Khawarizmiyah di Khurasan dan Tranxisania (470-628 H)
11)  Kerajaan Ghawriyah
Setidaknya, sederet kerajaan-kerajaan kecil inilah yang ada pada masa dinasti bani Abbasyiah yang berpusat di Bagdat saat itu. Sehingga tidak heran jika kondisi ini menjadi penyebab kekalahan umat Islam pada perang salib periode pertama berlangsung.
Sementara itu, dari sisi ekonomi bangsa Islam memang mempunyai catatan sejarah yang baik. Hal ini disebabkan karena sejak awal islam yang berpusat di timur tengah memang merupakan daerah yang menjadi pusat perdagangan dari berbagai penjuru, terlebih ketika proses ekpansi dilakukan, hingga Islam dapat menguasai Syuria dan Persia yang memiliki kebudayaan urban. Sehingga kecenderungan ini dapat dijadikan sebagai pelantara proses perdagangan antar daerah.
2.      Sebab-Sebab Terjadinya Perang Salib
Dilihat dari perkembangan sejarah, peristiwa perang salib ini terjadi pada bagain pertengahan dalam sejarah panjang interakasi Islam-Eropa. Letak geografis antara timur dan barat hanya bisa dipertimbangkan sebagai factor penting terjadinya perang salib jika disandingkan dengan pertentangan agama, suku, bangsa dan perbedaan bahasa. Namun faktanya, secara khusus perang salib menggambarkan rekasi Kristen di Eropa terhadap muslim di Asia yang telah nyerang dan menguasasi wilayah Kristen sejak 632. Proses ekspansi yang dilakukan umat Islampun tidak hanya di Syuria dan Asia Kecil, tetapi telah meluas ke Spanyol dan Sililia.[9]
Berikut akan dipaparkan sejumlah persoalan yang mendorong terjadinya pperang salib:[10]
a.       Perlunya membantu saudara-saudara Kristen mereka di wilayah timur yang ditandai dengan adanya permohonan bantuan dari umat Kristen timur.
b.      Kemenangan yang diraih oleh bangsa Turki saljuk.
c.       Penderitaan yang dialami oleh umat Kristen di wilayah timur dan kesulitan yang dialami oleh peziarah dalam menempuh akses Jerusalem.
d.      Penodaan atas banyak gereja yang dilakukan oleh orang Turki.
e.       Membebaskan dan mengambil alih kendali Jerusalem sebagai tempat suci mereka.
Berdasarkan uraian di atas, jika dikategorikan, ada tiga factor umum yang menjadi penyebab terjadinya perang salib. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Fafidz Dasuki:[11]
a.       Faktor Agama
Sejak Dinasti saljuk mengambil alih kekuasaan Jerusalem dari tangan Dinasti Fatimiyah pada tahun 1077 M. Orang Kristen merasa tidak bebas untuk melakukan ziarah ketempat suci itu. Penguasa bani Saljuk banyak mengeluarkan peraturan yang dianggap menyulitkan bagi umat kristiani saat itu. Perlakuan bani Saljuk sangat berbeda dengan perlakuan para penguasa sebelumnya.
b.      Fakor Politik
Kekalahan Bezantium di Manzikart Armenia pada tahun 1071 M dan jatuhanya Asia Kecil kebawah kekuasaan Saljuk telah mendorong kaisar Kostantinopel, Alexius I Comnenus pada tahun 1095 M meminta bantuan pada Paus Urbanus II. Pemberian bantuan ini kemudian menjadi awal berkahirnya perang diintern mereka dan sekaligus sebagai sarana pemersatu antara Eropa barat dengan Timur.
Bersamaan dengan itu, kaum muslimin secara politik sedang berada dalam kekacauan atau diistegrasi. Hal ini ditandai dengan terbaginya kaum muslimin kedalam tiga kekuasaan. Dinasti Fatimiyah di Mesir, Dinasti Abbasyiah di Bagdad dan Dinasti Umayyah di Spanyol Cordoba.
c.       Faktor Ekonomi
Motivasi untuk menguasai banyak titik perdagangan di timur menjadi suntikan semangat besar bagi kristiani untuk melakukan ekspedisi besar-besaran ketimur. Para pedagang rela mendanai perang salib demi kepentingan itu. Seperti para pedagang dari Venesia, Genoa dan Pisa. Mereka beranggapan bahwa kawasan tersebut akan menjadi tempat yang sangat strategis untuk kepentingan dagang mereka. karena akan menyambungkan Eropa dengan rute-rute perdagangan timur.
Dari serangkaian penyebab yang sangat banyak dan kompleks itu, sebenarnya perang salib atau diistilahkan dengan perang suci merupakan tanggapan atau reaksi atas trauma panjang kamu Ibrani atas praktek perbudakan di Mesir jauh sebelum perang salib berlangsung. Prosesnya tidak lebih penting sebagai bentuk pencarian jati diri, identitas baru yang bebas, terhormat dan mandiri.[12]
Namun demikian, tidak ada perang suci Kristen sampai paus Urban menyerukan perang salib pertama. Dengan demikian, yang menjadi penyebab utama perang salib berlangsung adalah seruan Perang Oleh Paus dengan Khutbahnya:
“Wahai Bangsa Frank, Bangsa yang yang dicintai dan dipilih oleh Tuhan, yang terlihat dari karya-karya kalian semua, terlepas dari hubungan semua bangsa-bangsa dengan negeri kalian, demikian juga dengan agama katolik kalian dan penghormatan yang kalian berikan kepada gereja suci. Untuk kalian semua seruan ini kami tujukan dan untuk kalian semua peringatan ini kami sampaikan. Kama ingin kalian semua mengetahui tentang sesuatu yang sangat menyedihkan, yang telah menyebabkan kami datang ke negeri kalian, karena sebentar lagi akan ada bahaya besar yang mengancam kalian dan agama kalian. Itulah hal penting yang telah kami bawa kesini.
Dari perbatasan Jerusalem dan dari Konstantinopel, ada laporan menyedihkan yang terus menerus dan berkali-kali sampai pada kami. Yaitu, keberadaan suatu bangsa dari kerajaan Persia, suatu bangsa yang terkutuk, suatu bangsa yang sepenuhnya dijauhkan dari tuhan, suatu bangsa yang tidak memiliki hati dan yang jiwanya tidak setia dengan tuhan, dengan menggunakan kekerasan telah menguasai dan merampas tanah-tanah yang merupakan milik Kristen dan telah mengahncurkan umat Kristen dengan penjarahan dan pembakaran. Mereka telah menawan dan membawanya ke negeri mereka sendiri dan sebagiannya dibunuh dengan kejam dan bengis. Mereka juga telah menghancurkan gereja-gereja milik tuhan atau menjadikan dan mengubahnya sebagai tempat ibadah mereka sendiri. Mereka mengghancurkan altar-altar setelah mereka mengotorinya dengan perbuatan keji. Kerajaan Yunani sekarang telah dicabik-cabik oleh mereka. Mereka telah mengambil wilayah-wilayah yang sangat luas yang tidak dapat dilewati atau ditempuh dalam waktu dua bulan.
Oleh karena itu, sekrang adalah saatnya untuk menuntut balas dan untuk merebut kembali wilayah-wilayah itu. Tuhan akan menganugerahkan kemuliaan yang luar biasa dalam bentuk persenjataan dan semangat yang tinggi, kekuatan jasmani dan kekuatan untuk bertahan ketika menghadapi hambatan. Lihatlah karya-karya yang telah dihasilkan oleh penduduk kalian, kalian dapat memetik keberanian dan keberhasilan mereka, Raja Charlemagne. Lihatlah makam suci tuhan dan juru selamat kita, yang sekarang dikuasai oleh bangsa yang kotor dan najis dan tempat suci lainnya yang sekarang terancam oleh perbuatan-perbuatan najis dan tidak senonoh dari agama yang kotor. Kalian merupakan tentara-tentara yang gagah berani dan merupakan keturunan dari para pendahulu kalian yang tidak terkalahkan. Jangan mundur tetapi ambillah keberanian yang telah diwariskan oleh leluhur kalian.
Namun apabila kalian tidak berangkat disebabkan karena cinta kalian pada anak-anak kalian, orang tua dan istri kalian. Ingatlah yang dikatakan tuhan dalam kitab suci. “Dialah yang lebih mencintai ayah dan ibunya dari pada mencintaiku, maka tidak termasuk orang yang layak buatku” Setiap orang yang membiarkan rumah-rumah kalian, saudara-saudara, ibu istri dan anak-anaknya, serta tanahnya demi Tuhan mereka akan menerima seratus kali lipat dan akan mewarisi kehidupan yang abadi. Marilah, tidak ada satupun yang kalian miliki yang dapat menahan kalian pergi dan tidak seorangpun dari kalian yang mencemaskan keluarga kalian.
Marilah, rasa benci yang ada di antara kalian dan pertengakaran yang ada di antara kalian sendiri segera diakhiri. Marilah, peperangan di antara kialian hentikan,. Marilah, semua perselisihan dan pertentangan di antara kalian segera tinggalkan. Masuklah kedalam barisan untuk menuju tanah suci, merebut kembali tanah-tanah orang Kristen dari bangsa jahat dan menjadikan milik kalian sendiri. Tanah yang digambarkan dalam kitab suci dialiri susu dan madu telah dijanjikan tuhan kepada anak-anak Israel. Jerusalem dalah pusat dunia, wilayah ini sangat subur melebihi wilayah lain layaknya kesenangan surgawi. Tempat ini merupakan penebus bagi umat manusia yang melakukan ziarah, tempat yang indah untuk persinggahan, tempat yang suci untuk orang memiliki nafsu besar dan penebus dosa bagi kematiaanya, serta kemuliaan bagi penguburannya.
Kota kerajaan ini yang merupakan pusat dunia, sekarang berada dalam kekuasaan musuh kristus dan dimiliki oleh orang-orang yang tidak mengenal tuhan. Yang menyembah berhala. Oleh karena itu kota ini minta untuk dibebaskan dan dihentikan dari kekuasaan musuh. Kota ini meminta pertolongan kepada kalian karena seperti yang sudah kami katakan, tuhan akan menganugerahkan kepada kalian semua di atas bangsa-bangsa lain kemuliaan yang sangat tinggi. Dengan demikian, melakukan perjalanan ke kota ini akan menghapus semua dosa, ditambah dengan jaminan kerajaan tuhan yang kekal”.[13]

Pidato atau khutbah yang disampaikan oleh Paus Urban di Clermont Prancis ini dihadiri oleh sekitar 150.000 Manusia dari berbagai golongan. Namun sebagian besarnya adalah orang Franka. Pidato ini merupakan pidato yang paling berpengaruh dari rentetan sejarah panjang bangsa Eropa. Orang-orang yang hadir ditempat itu meneriakkan selogan Deus Vult (Tuhan menghendaki) dan mulai saat itulah genderang perang salib pertama ditabuh dan lencana salib dipasang.[14]
3.      Rentetan Perang Salib
a.       Perang Salib I
Ketika terpilih sebagai orang nomer satu di Kepausan Roma dan titahnya menajdi tertinggi yang dipatuhi oleh umat Kristen, Paus Urban II mulai menyerukan perang salib pertama. Kontak senjata pertamapun dimulai dengan misi menyelamatkan Baitul Maqdis.[15]
Perang salib pertama yang dimulai pada musim semi 1095 M ini terdiri dari lima kelompok atau pasukan:[16]
Pertama: Pasukan yang tidak terorganisir yang dipimpin oleh Peter The Hermit. Kelompok mereka ia adalah kelompok yang tidak mengindahkan komando Alexius II, dan tepatnya pada 6 Agustus 1096 M mereka menyebrangi selat menuju Jerusalem. Ketika mereka kembali untuk meminta bantuan mereka diserang di Cibotus dan semuanya dihancurkan oleh pasukan Turki. Dengan demikian mereka dibantai sebelum mereka sampai ke Bizantium.
Kedua: Pasukan Hugh dari Vermandois, saudara dari raja Philip I dari prancis, berangkat dengan pasukan kecil, hal ini terjadi karena kapalnya mengalami kecelakaan ketika menyeberangi laut Adriatik dari Bari ke Dyrrhacium. Godfrey dan saudaranya Eustace dan Baldwin bekerjasama dengan mengambil rute perjalanan darat melewati Hungaria sampai di Konstantinopel. Perjalanan mereka tidak mengalami hambatan hingga sampai di Konstantinopel pada akhir Desember 1096 M.
Ketiga: Pasukan lain adalah pasukan yang dipimpin oleh Bohemond, seorang Norman dari Italia selatan. Bohemond merupakan panglima yang telah mengenal medan perang dengan baik, karena ia telah pernah ikut perang bersama ayah melawan Bizantium, namun sekarang ia akan berperang lagi ditempat yang sama melawan kaum Muslimin. Kelompok ini sampai di Konstantinopel pada 9 April 1097 M.
Keempat: Pasukan berikutnya adalah  kelompok Raymond. Pasukan ini merupakan kelompok yang paling besar, ia melewati Italia Utara di sekitar Adriatik kemudian menuju sebelah selatan wilayah Bizantium. Ia sampai di Konstantinopel pada 27 April 1097 M.
Kelima: pasukan berikutnya adalah dibawah pimpinan Robert dari Flander. Ia menyebrangi laut Adriatik dari Brindisi kemudian sampai di Konstantinopel.
Dengan demikian, empat kekuatan inti di atas berkumpul di Konstantinopel antara bulan Desember 1096 sampai Mei 1097. Kemudian pasukan tersebut menyisiri kawasan kaum muslimin dan pada akhirnya pada 18 juni 1097 M mereka berhasil mengalahkan Nicea dan tahunn 1098 meereka berhasil menaklukkan Edessa. Di tempat ini mereka mendirikan kerajaan Pertama dengan Baldwin sebagai rajanya.[17]
Pasukan salib yang lain dibawah pimpinan Bohemond berhasil menaklukkan dan merebut kota Antiokia pada tanggal 3 Juni 1098 M dari kekuasaan gubernur Yaghisiyan. Dengan demikian kerajaan ini menjadi kerajaan salib kedua berdiri setelah Edessa serta menjadikan Bohemond sebagai Rajanya.[18]
Kemudian setalah keberhasilan di atas, mereka melanjutkan ekpsansinya ke Jerusalem dibawah Pimpinan Godfrey, dan kemudian setalah melalui pengepungan selama satu bulan akhirnya mereka berhasil menduduki Jerusalem pada tanggal 15 Juli 1099 M dan melakukan pembantaian terhadap 40.000 kaum muslimin dalam dua hari. Sehingga tumpukan kepala, tangan dan kaki dapat dijumpai di jalan-jalan kota dan alun-alun. Kemudin pada saat itu berdirilah kerajaan ketiga yang dengan rajanya Godfrey.[19]
Kemudian setelah menaklukkan Jerusalem, ada yang mengatakan mereka kembali kedaerahnya karena telah memenuhi janji suci mereka, sementara yang menurut pendapat yang lain, mereka masih melakukan ekpansi dan ia berhasil menguasai Akka, (1104 M) Tripoli (1109 M)dan Tyre (1124), kemudian berdirilah kerajaan Tripoli dengan rajanya yang bernama Raymond.[20]
Kemampuan umat Kristiani untuk menguasai empat kota umat Islam dalam waktu yang singkat merupakan titik balik bagi kaum muslimin hingga tercetusnya perang salib kedua.
b.      Perang Salib II
Lahirnya sosok Imaduddin Zangi pada tahun 1127 M menjadi catatan awal dari munculnya perang salib periode kedua. Zangi dipilih oleh sultan Mahmud dari dinasti Saljuk untuk menjadi Atabik di Mosul Irak. Ia dipercaya untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi Mosul. Zangi memiliki andil besar dalam memerangi tentara salibis. Di tengah-tengah konflik yang terjadi di intern umat Islam sendiri Zangi dapat mengambil alih satu persatu wilayah-wilayah Islam dari bangsa Franka.[21]
Peperangan yang pertama dipimpinnya adalah berlangsung di Edessa. Zangi merebutnya dari Jocelin II pada tahun 1144 M. Daerah ini adalah daerah tentara perang salib pertama yang berdiri dan pertama juga dijatuhkan. Peristiwa inilah kemudian yang menjadi babak baru perang salib kedua dimulai. Yaitu pada tahun 1147-1149 M.[22]
Perang salib kedua yang dipimpin oleh Conrad III dari jerman dan Louis VII dari Prancis. Dengan bala tentara dari kedua pimpinnan, akhirnya mereka berhasil mengepung Damaskus selama empat hari namun tidak mengasilkan apa-apa. Hal ini terjadi karena para salibis khawatir dan mereka pulang ke daerahnya sementara yang lain berhasil menduduki daerah perbatasan Apemea pada tahun 1149 M. Kepulangan mereka terjadi atas datangnya Bantuan dari umat Islam yang dikomandani Oleh Nuruddin Mahmud dari Aleppo dan Syaifuddin Ghazi dari Mosul.[23] 
Bersamaan dengan mundurnya tentara salib ini, saat itu mesir sedang dilanda perselisihan di intern dinasti Fatimiyah. Shawar seorang perdana menteri Fatimiyah dilepas dari jabatannya oleh gerakan rahasia. Kemudian Nuruddin Mengirim pasukan dibawah pimpinan Syirkuh, namun ternyata shawar memerangi Syirkuh dengan mendapat bantuan dari pasukan Prancis hingga ia berhasil menduduki Mesir.
Selang beberapa tahun kondisi dinasti Fatimiyah semakin melemah Kemudian muncullah Salahuddin Al Ayyubi Tampil dan memulihkan otoritas Khalifah Abbasyiah di Mesir. Setelah Dinasti Fatimiyah Hancur, Salahuddin menjadi penguasa Mesir selama tahun 1174-1193 M.
Berbagai macam peperangan telah dilewati oleh sahahuddin, ia telah banyak menguasai daerah-daerah yang menjadi benteng pertahanan Kristen salibis. Seperti Acre, Namplus dan Ramla. Selanjutnya perhatian terbesar Salahuddin adalah untuk menguasai kembali Jerusalem. Kemudian pengepungan pun dilakukan di Jerusalem dan Salahuddin menyerukan pada tentara salibis untuk menyerah. Namun himbauan itu tidak di indahkan oleh mereka hingga Salahuddin bersumpah untuk membalas dengan atas pembataian kaum muslim ditempat itu. Setelah pengepungan lama dilakukan, akhirnya tentara salibis kehabisan gairah perangnya dan memohon kelemahan hati sang sultan. Jiwa sang sultan terlalu penyayang dan lembut untuk mewujdukan sumpahnya akhirnya ia memaafkan mereka. kemudian terjadilah kehidupan yang damai bersama mereka orang-orang Romawi. Mereka diberi hak yang sama dan diizinkan untuk tinggal di Jerusalem. Demikianlah sejarah perang salib dua hingga salahuddin menjadi penguasa yang lemah lembut dan penyayang.[24]
c.       Perang Salib III
Jatuhanya Jerusalem ketangan kaum muslimin menjadi pukulan telak dan menyakitkan untuk kalangan Kristen. Mereka pun menyusun rencan balasan dan seruan perang salib ketiga dikumandangankan dengan pimpinan Frederik Barbarossa dari Jerman, Ricard dari Inggris Dan Philip dari Prancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Ricard dan Philip menempuh jalur laut dan Barbarossa menempuah jalur darat. Namun Barbarossa saat itu meninggal karena tenggelam di sungai.
Sebelum menuju Jerusalem, mereka terlebih dahulu menguasai Siprus sampai mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapatkan tentangan dari Salahuddin tapi mereka berhasil merebut Akkah yang kemudian dijadikan ibu kita kerajaan latin. Namun sebelum perang salib ini berakhir, Philip kembali ke Prancis untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dinegaranya. Sehingga Tinggal Ricard sedirian. Pada akhirnya Ricard berhasil memasuki palestina dan membuat perjanjian dengan salahuddin yang diberi nama dengan “Shulh Ramlah”. Dengan demikian perjanjian damai yang menghasilkan kesepakatan tersebut mengakhiri perang salib periode ketiga.[25]
d.      Perang Salib IV
Perang salib ke empat merupakan perang salib dimana Salahuddin telah meninggal. Pada saat itu berkobarlah perang salib IV atas inisiatif Paus Celestine III. Akan tetapi sesuangguhnya peperangan Kristen ini tidak begitu dikenal dengan berakhirnya perang salib ketiga. Pada tahun 1195 M pasukan salib berhasil menunndukkan Sisilia kemudian terjadi penyerangan dua kali ke Syuria. Pada saat pasukan salib mendarat di pantai Phoenecia dan menduduki Beirut anak salahuddin yang bernama Al ‘adil Akhirnya dapat menghalau tentara salibis dan selanjutnya menyerang perlindungan pasukan salib. Karena tekanan yang begitu besar kahirnya tentara salibis menempuh jalur damain damai dengan kaum muslimin dan perang jilid empat harus diakhiri.[26]
e.       Perang Salib V
Perang salib jilid kelima ini sebarnya bukan perang antara orang Islam dengan barat, melainkan atara Ssalibis dengan orang-Orang Romawi. Namun demikian, menurut Versi lain perang yang dikomandani oleh Leopold, Andrew II  dan Bahmao ini mereka tetap mengarahkan serangan ke Mesir dan pada akhirnya mereka dipukul mundur oleh al Kamil dengan memanfaatkan kondisi sungai Nil yang surut kemudian tentara Muslim mengahancurkan bendungan sungai Nil dan mereka meminta bantuan penyelamatan serta mengadakan perjanjian damai.[27]
Dari rentetan perang salib yang terjadi, terjadi banyak kategori perang salib. Ada yang membagi perang salib pada beberapa gelombangan seperti terjadi menjadi tujuh gelombang, Sembilan gelombang. Namun perang salib yang banyak memberikan pengaruh terhadap perubahan kedua perubahan dua budaya besar ini adalah pada perang salib jilid 1 sampai 4. Karena perang salib yang terjadi berikutnya banyak ditempuh dan dikahiri melalui jalan damai. Sekalipun sebelumnya masih terjadi peperangan yang sangat sengit.
4.      Pengaruh Perang Salib bagi Perkembangan Peradaban
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perang salib memiliki peangruh yang luar biasa terhadap perkembangan budaya besar di Eropa. Peristiwa tersebut banyak menjadi jembatan pertukaran banyak hal. Namun demikian, manfaat perang salib lebih banyak dimiliki oleh bangsa Barat atau Eropa. Dan sebaliknya kaum muslim sedikit sekali memperoleh pengaruh positif dari perjalanan perang salib selama kurang lebih dari dua abad ini.
a.       Peradaban Barat
1)      Pengetahuan, filsafat dan sastra
Tanpa mengesampingkan sejarah luar biasa yang pernah digampai oleh umat islam sebelum perang salib berlangsung. Eropa telah banyak memperoleh nuansa intelektual yang sangat cemerlang dari Islam. Bangsa yang pernah berkembang dalam banyak ilmu pengetahuan seperti kedokteran, music, filsafat ini kini telah menjadi redup akibat berkecamuknya peperangan selama kurang lebih dua abad.
Eropa sebagai wilayah yang kering akan wawasan keilmuan berusaha bangkit melalui upaya penerjemahan selama perjalanan perang salib berlangsung. Contoh kongkrit yang dapat diketahui adalah peralihan dalam bidang pengetahun dan filsafat. Adelard dari Bath yang menerjemah karya-karya berbahasa arab dalam bidang astronomi dan geometri. Ia pernah mengunjungi Antiokia dan Tarsus pada abad 12. Sekitar satu abad kemudian ahli aljabar Eropa yang bernama Leonardo Fibonacci mempersembahkan sebuah karya yang diterjemah dari bahasa arab kepada Frederick II, yang dalam sejarahnya ia pernah mengunjungi Mesir dan Suriah.[28]
Berikutnya adalah Seorang penduduk Pisa yang bernama Stephen dari Antiokia menerjemah buku dalam bidang kedokteran karya Al Majusi di Antiokia pada tahun 1127 M. Kemudian karya itu dibawa Oleh orang Franka ke negeri mereka. Kemudian Philip di Tripoli juga berhasil membawa terjemahan Sirru al Asrar, yang diperkirakan di susun oleh Arisetoteles untukk membimbing muridnya yang bernama Alexander Agung.[29]
Sementara itu dalam bidang sastra kisah-kisah tentang Grail Yang suci sudah tidak diragukan lagi berasal dari Suriah. Kemudian kisah seribu satu malam juga merupakan karya yang menjadi inspirasi perkembangan sastra di Eropa. Hal yang paling gemilang adalah proses transfer yang didapat melaui lisan yang kemudian menjadi inspirasi akan munculnya upaya untuk mengganti metode kekerasan dengan metode persuasive yang dilakukan oleh kalangan orientalis. Raymond Lull murupakan orang Eropa pertama yang menganjurkan kajian ketimuran sebagai sebuah upaya mengetahui budaya timur.[30]
2)      Perkembangan Militer
Dalam bidang militer yang di adopsi oleh orang Franka adalah seperti penggunaan atrbut perang. Mulai dari sangkakala, sebagai tanda awal dimulai perang, baju yang dilapisi oleh besi, mendidik Merpati Pos sebagai penyambung lidah antar dua pasukan. Praktek perayaan kemenangan dengan cahaya-cahaya di angakasa.
Contoh lain yang berhasil di adopsi oleh Eropa adalah penggunaan bahan peledak bubuk mesiu, yang hingga kini telah menjadi peralatan canggih modern. Strategi perang kamu muslimin yang canggih juga berhasil di adopsi oleh kalangan Franka.
3)      Pertanian dan Industri
Dibidang pertanian tentara salib lebih banyak mendapatkan untung dari pada dalam bidang intelektual. Mereka dapat mengetahui tentang pertumbuahan beberapa tanaman baru di kawasan Mediterania Barat.seperti Biji Wijen dan padi-padian, semangka dan lemon.[31]
Sementara itu di timur orang Franka dapat mengetahui citarasa baru terutama dalam parfum, rempah-rempah dan makanan-makanan baru dan produk-prodk timur lainnya. Citarasa inilah kemudian menyebabkan intensitas perdagangan Eropa-Timur berlangsung dengan baik dalam rangka untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi. Wangi dupa arab, mawar damaskus dan wewangian lainnya adalah salah satu produk Timur yang berhasil di adopsi oleh para pedagang Eropa.[32]
Kincir air yang lebih maju juga tidak lepas dari incaran Eropa pada saat pernag salib berlangsung. Namun tidak hanya itu, tercipatanya pasaran baru di eropa untuk produk-produk timur menjadi keragaman industry tersendiri di Eropa.[33]
Salah satu yang temuan penting yang berkaitan dengan aktifitas bahari adalah kompas. Jauh hari sebelum cina menggunakan alat penunjuk arah itu bangsa arab telah menggunkannya pada saat perdagangan Persia dan perairan Timur berlangsung. Tetapi untuk alasan komersial keberdaannya sangat dirahasiakan. Sementara di Eropa, pelaut italia lah yang pertama kali menggunakan kompas.[34]
4)      Perkembangan bidang Arsitektur
Para tentara salib banyak juga mendapatkan pengetahuan tentang tata bangun militer yang berada di di Itali. Namun tata bangun yang lebih banyak mereka dapatkan terkait dengan arsitektur benteng di Kairo.[35]
5)      Percampuran Ras
Jumlah orang Franka yang telah berasimilasi dengan penduduk asli Suriah dan Palestine sudah sulit untuk di perkitakan. Proses asimilasi tersebut dapat ditandai dengan banyaknya penisbatan nama dilakangan mereka. Seperti Bani Karam, Faranjiah dan Shalibi. Hal ini dilakukan dalam rangka memelihara silsilah dan tradisi nenek moyang mereka.[36]
b.      Peradaban Islam
Sebagaimana telah dikemukakan diawal, bahwa perang salib memang banyak memberikan pengaruh positif terhadap orang-orang Eropa. Sementara islam hanya mendapatkan manfaat dalam bidang perdagangan dan industri mikro. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya orang Eropa yang mengadakan kerjasama perdagangan lintas Negara.
Sisi negative yang dapatkan oleh umat islam adalah trauma yang berkepanjangan dan adanya kesan mengeluh-eluhkan Salahuddin Al Ayubi sebagai penglima yang pemberani, Penyayang yang pernah hadir ditengah-tenag mereka.

      D.    Kesimpulan
Perang salib merupakan perang yang mempunyai sejarah besar di dunia. Ia disebabkan oleh banyak factor, mulai dari factor politik, agama hingga kepentingan pribadi. Namun demikian, factor yang paling menentukan berkibarnya perang salib adalah Pidato yang disampaikan oleh Paus Urban yang mampu membangkitkan semangat jihad umat kristiani sehingga nuansa agama yang lebih ditonjolkan.
Sementara itu, perang salib berlangsung selama kurang lebih dua abad. Adapun klasifikasi perang salib cukup beragam, sebagian sejarawan mengatakan perang salib terjadi Sembilan, sementara yang lain mengatakan tujuh kali. Terlepas dari perdebatan itu, perang salib yang benyak memberikan pengaruh besar adalah perang salib satu sampai perang salib empat. Walaupun tidak menafikan rentetan dari perjalanan perang salib yang lain.


Daftar Pustaka

Sudrajat, Ajad, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, cet. I (Yogyakarta: Leutika, 2009),
 A. Ibrahim Qosim, Buku Pintar Sejarah Islam, cet. I (Jakarta: Zaman, 2014)
 K. Hitti Philip, History of the Arabs, Terj: R. Cecep Lukman Hakim dan Dedi Slamet Riyadi, (Cet. I, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006),
Rizema Putra Sitiatava, Perang-Perang dalam Sejarah Islam, (Cet. IJogjakarta: IRCiSoD, 2014),
Armstrong Karen,  Perang Suci, Terj: Hikmat Darmawan,( Cet. V, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007),




[1] Walaupun keyakinan yang diyakni oleh kalangan kristiani (Bukan Ahlul Kitab) sudah merupakan hasil Inovasi para paus saat itu. Dengan demikian telah terjadi distorsi pada ajaran pokok umat kristiani.
[2] Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, cet. I (Yogyakarta: Leutika, 2009), hlm. 51
[3] Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, hlm. 02
[4]  Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, hlm. 02
[5]  Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, hlm. 04

[6] Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, hlm. 13
[7] Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, hlm. 17
[8] Qosim A. Ibrahim, Buku Pintar Sejarah Islam, cet. I (Jakarta: Zaman, 2014 ),hlm. 465
[9] Philip K. Hitti, History of the Arabs, Terj: R. Cecep Lukman Hakim dan Dedi Slamet Riyadi, (Cet. I, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006), hlm. 811
[10]  Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, hlm. 57
[11] Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, hlm. 60-61

[12] Karen Armstrong, Perang Suci, Terj: Hikmat Darmawan,( Cet. V, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007), hlm.93
[13] Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, hlm. 55-57
[14] Philip K. Hitti, History of the Arabs, hlm. 812
[15] Qosim A. Ibrahim, Buku Pintar Sejarah Islam, hlm. 573
[16] Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, hlm. 65-66
[17] Sitiatava Rizema Putra, Perang-Perang dalam Sejarah Islam, (Cet. IJogjakarta: IRCiSoD, 2014), hlm 163
[18] Sitiatava Rizema Putra, Perang-Perang dalam Sejarah Islam, hlm 163
[19] Ajad Sudrajat, Perang Salib dan Kebangkitan Kembali Ekonomi Eropa, hlm. 68
[20] Sitiatava Rizema Putra, Perang-Perang dalam Sejarah Islam, hlm 163
[21] Qosim A. Ibrahim, Buku Pintar Sejarah Islam, hlm. 577
[22]  Philip K. Hitti, History of the Arabs, hlm.822  
[23] Qosim A. Ibrahim, Buku Pintar Sejarah Islam, hlm. 580
[24] Sitiatava Rizema Putra, Perang-Perang dalam Sejarah Islam, hlm 170
[25] Sitiatava Rizema Putra, Perang-Perang dalam Sejarah Islam, hlm 172

[26] Sitiatava Rizema Putra, Perang-Perang dalam Sejarah Islam, hlm 173
[27] Qosim A. Ibrahim, Buku Pintar Sejarah Islam, hlm. 621
[28]  Philip K. Hitti, History of the Arabs, hlm. 847
[29] Philip K. Hitti, History of the Arabs, hlm. 848
[30] Philip K. Hitti, History of the Arabs, hlm. 849
[31] Philip K. Hitti, History of the Arabs, hlm. 853
[32] Philip K. Hitti, History of the Arabs, hlm. 853
[33] Philip K. Hitti, History of the Arabs, hlm. 854
[34] Philip K. Hitti, History of the Arabs, hlm. 857
[35] Philip K. Hitti, History of the Arabs, hlm. 851
[36] Philip K. Hitti, History of the Arabs, hlm. 858




Penulis adalah Mahasiswa Magister Program Studi Manajemen Pendidikan Islam.
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Periode 2014/2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar